REVITALISASI MADRASATUL ULA”      

                                       

 Oleh : Drs. H. Abdul Mukhlis, M.M.

(Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Sidoarjo)

 Disampaikan dalam Rangka Peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember 2022

 

            Di era globalisasi dan di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, ada beberapa pergeseran fungsi pendidikan dan sosial di tengah masyarakat, yang pada akhirnya mengakibatkan perubahan perilaku sosial dan karakter manusia.

            Peran Wanita sebagai istri dan sebagai ibu bagi anak-anaknya mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dulu seorang ibu lebih mementingkan untuk mendidik anaknya sendiri di rumah, namun sekarang lebih mengutamakan untuk beraktivitas di luar untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Sedangkan Pendidikan anaknya diserahkan kepada asisten rumah tangga, atau kalua tidak mampu menggaji pembantu rumah tangga anaknya dititipkan kepada neneknya.

            Ada sebuah kisah yang sangat menarik pada jaman Kholifah Umar bin Khaththab RA. Hal ini dikisahkan dalam kitab “Uqudul Lujjain: Fi Bayani Huquqiz Zawjain” karya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani. Salah seorang sahabat ingin menemui Sayyidina Umar bin Khaththab untuk mengadukan kondisi keberadaan di rumah tangganya. Sahabat tersebut tidak mampu menghadapi cerewetnya sang istri, hampir tiap hari diomeli dengan celoteh yang membuat hati menjadi kesal. Maka bergegaslah sahabat tersebut menuju kediaman Khalifah agar bisa mendapatkan solusi yang terbaik dalam rumah tangganya.

            Namun ketika sampai di kediaman Khalifah, sahabat yang akan mengadukan masalah rumah tangganya tersebut terdiam karena mendengarkan hal sama, juga dialami Sayyidina Umar bin Khaththab RA. Akhirnya mengurungkan niatnya dan segera kembali pulang. Hal itu diketahui oleh sang Khalifah, kemudian Sayyidina Umar bin Khaththab RA memanggil sahabat tersebut, “Ada keperluan apa kisanak datang kemari, dan sebelum aku temui kok akan kembali?” Sahabat tersebut menjawab,”Wahai Amirul Mukminin, sebenarnya aku datang untuk mengadukan perilaku dan sikap istriku terhadap hamba, tapi aku mendengar hal yang sama pada istri Amirul Mukminin.”

            Sayyidina Umar bin Khaththab RA tersenyum mendengar cerita sang tamu tersebut, kemudian memberikan penjelasan kenapa diam dan membiarkan sang istri berceloteh sesuka hatinya (lantaran marah).

            Ada beberapa alasan mengapa Amirul Mukminin Sayyidina Umar bin Khaththab RA yang dikenal tegas dalam bersikap, tetapi memilih diam saat menghadapi sang istri yang sedang dalam kondisi marah. Setidaknya ada 5 (lima) alasan mengapa Sayyidina Umar bin Khaththab RA memilih diam. Seperti yang dituliskan oleh ulama besar dari Banten di dalam kitabnya tersebut di atas.

            Salah satu alasannya adalah karena istri sebagai “madrasatul ula” atau sekolah pertama dan utama bagi anak-anak. Karena kesabaran dan ketelatenannya pada waktu hamil hingga melahirkan, berkenan membacakan shalawat, kalimat thayyibah, bahkan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada anak anak. Dapat dipastikan istrilah yang memberikan pelajaran agama pertama sebelum para guru atau ustadz mengajarkan ilmunya kepada anak-anak. Bekal berbicara dengan bahasa lingkungan sekitar juga diajarkan oleh istri kepada anak-anak, dan dialah (istri) ustadzah terbaik sebelum anak-anak mengenal sekolah atau madrasah.

            Saat ini peran dan fungsi istri (ibu bagi anak-anak) sebagai “madrasatul ula” sekaligus sebagai ustadzah/guru yang pertama dan utama telah bergeser seiring dengan perkembangan dan tuntutan jaman. Kedudukan istri (ibu bagi anak-anak) sebagai “madrasatul ula” sekarang banyak diperankan oleh ART/PRT (Asisten Rumah Tangga / Pembantu Rumah Tangga). Sehingga pada saat anak dalam posisi usia yang disebut “golden age” atau usia emas anak-anak banyak kehilangan momen penting antara lain; kasih sayang yang tulus dari seorang ibu, ustadzah terbaik yang mengajar dengan hati, asupan gizi terbaik dari ASI, dan cengkerama keluarga yang penuh kehangatan.

            Akibat dari bergesernya peran dan fungsi istri (ibu bagi anak-anak) sebagai “madrasatul ula” maka lahirlah generasi salah asuhan yang cenderung berani atau durhaka kepada kedua orang tua, berbuat keji, bertindak dan berperilaku semau gue, dan menjadi sampah masyarakat.

            Melalui peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember 2022 ini kami mengajak kepada semua pembaca terutama ibu-ibu muda untuk merenung dan berpikir agar bisa dan mampu memerankan dirinya sebagai ustadzah terbaik bagi putra putrinya agar menjadi generasi terbaik yang mampu mengimplementasikan ajaran-ajaran Rasulullah SAW dalam mewujudkan insan-insan beriman dan berakhlakul karimah serta bermanfaat bagi sesama manusia serta lingkungannya.

            Dari sedikit uraian di atas semoga dapat membangkitkan kesadaran kita agar kita bisa menjaga keluarga kita, dan anak keturunan kita untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi generasi penerus kita, dengan menempatkan “madrasatul ula” pada posisi yang sebenarnya. Semoga keluarga kita akan senantiasa dilindungi Allah SWT dan menjadi qurrota a’yun.

            “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati ( kami )  dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa” ( QS Al Furqan: 74 )

Kalender
Calendar Widget by CalendarLabs
Pengunjung
whatsapp
whatsapp